- PENDAHULUAN
Dalam masa lebih dari tujuh abad
kekuasaan pada periode Islam klasik. Andalusia mencapai puncak
keemasannya.Banyak prestasi yang mereka peroleh bahkan pegaruhnya membawa Eropa
dan kemudian dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks, Andalusia juga
dikatakan mampu menyaingi Baghdad yang ada di timur. Banyak orang Eropa
mendalami studi di Universitas-Universitas Islam disana. Ketika itu bisa
dikatakan, Islam telah menjadi guru bagi orang Eropa. Selama delapan abad,
Islam pernah berjaya di bumi Eropa (Andalusia) dan membangun peradaban yang
gemilang. Namun peradaban yang di bangun dengan susah payah dan kerja keras
kaum Muslimin itu, harus ditinggalkan dan dilepas begitu saja karena kelemahan-kelemahan
yang terjadi di kalangan kaum Muslimin sendiri dan karena keberhasilan Bangsa
Barat atau Eropa bangkit dari keterbelakangan. Kebangkitan yang meliputi hampir
semua element peradaban, terutama di bidang politik yakni dengan dikalahkannya
kerjaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya sampai kemajuan di bidang sains
dan teknologi.
- PEMBAHASAN
- Penaklukan dan Pemerintahan
Al Andalus berarti “untuk menjadi
hijau pada akhir musim panas” dan merujuk pada wilayah yang diduduki oleh
kerajaan Muslim di Spanyol Selatan yang meliputi kota-kota seperti Almeria,
Malaga, Zadiz, Huelva, Seville, Cordoba, Jaen dan Granada.
Andalusia terletak di benua Eropa
barat daya dengan batas-batas ditimur dan tenggara adalah laut tengah,
diselatan benmua Afrika yang terhlang oleh selat Gibraltar, dibarat samudra
atlantik dan utara ole teluk Biscy. Pegunungan Pyneria ditimur laut membatasi
Andalusia dengan Prancis. Andalusia adalah sebutan pada masa Islamm bagi daerah
yang dikenal dengan senanjung Liberia (kurang lebih 93 % wilayah Spanyol,
sisanya Portugal) dan Vadalusia. Sebutan ini berasal dari kata Vandalusia, yang
berarti negeri bangsa vandal, karena bagian selatan semenanjung itu pernah
dikuasai oleh bangsa Vandal sebelum mereka diusir ke Afrika Utara oleh Bangsa Goth
pada abad ke 5 M.
Kondisi sosial masyarakat Andalusia menjelang penaklukan Islam sangat memperihatinkan. Masyarakat terpolarisasi ke dalam beberapa kelas sesuai dengan latar belakang sosialnya. Sehingga ada masyarakat kelas satu,dua dan tiga. Kelompok masyarakat kelas satu, yakni penguasa, terdiri atas raja, para pangeran, pembesar istana, pemuka agama dan tuan tanah besar. Kelas dua terdiri atas tuan-tuan anak kecil. Tuan tanah kecil adalah golongan rakyat kecil adalah golongan rakyta kelas dua (second citizen). Kelompok masyarakat kelas tiga terdiri atas pada budak termasuk budak tani yang nasibnya tergantung pada tanah, penggembala, nelayan, pandai besi, orang Yahudi dan kaum buruh dengan imbalan makan dua kali sehari. Mereka tidak dapat menikmati hasil tanah yang mereka grap. Rakyat kelas dua dan tiga yang sangat teritindas oleh kelas atas banyak lari ke hutan karena trauma dengan penindasan para penguasa. Demi mempertahankan hidup, mereka terpaksa harus mencari nafkah dengan jalan membunuh, merampas atau membajak. Dekadensi moral mereka itu bersamaan dengan jatuhnya ekonomi mereka.
Kondisi sosial masyarakat Andalusia menjelang penaklukan Islam sangat memperihatinkan. Masyarakat terpolarisasi ke dalam beberapa kelas sesuai dengan latar belakang sosialnya. Sehingga ada masyarakat kelas satu,dua dan tiga. Kelompok masyarakat kelas satu, yakni penguasa, terdiri atas raja, para pangeran, pembesar istana, pemuka agama dan tuan tanah besar. Kelas dua terdiri atas tuan-tuan anak kecil. Tuan tanah kecil adalah golongan rakyat kecil adalah golongan rakyta kelas dua (second citizen). Kelompok masyarakat kelas tiga terdiri atas pada budak termasuk budak tani yang nasibnya tergantung pada tanah, penggembala, nelayan, pandai besi, orang Yahudi dan kaum buruh dengan imbalan makan dua kali sehari. Mereka tidak dapat menikmati hasil tanah yang mereka grap. Rakyat kelas dua dan tiga yang sangat teritindas oleh kelas atas banyak lari ke hutan karena trauma dengan penindasan para penguasa. Demi mempertahankan hidup, mereka terpaksa harus mencari nafkah dengan jalan membunuh, merampas atau membajak. Dekadensi moral mereka itu bersamaan dengan jatuhnya ekonomi mereka.
Penaklukan oleh pasukan atas
Andalusia member dampak positif yang luar biasa. Andalusia dijadikan tempat
ideal dan pusat pengembangan budaya. Ketika peradaban Eropa tenggelam dalam
kegelapan dan kehancuran, obor Islam menyinari seluruh Eropa melalui Adalusia,
kepada bangsa Vandhal, Goth dan berber. Islam menegakkan keadilan yang belum
dikenal sebelumnya. Rakyat jelata tertindas yang hidup dalam kegelapan mendapat
sinar keadilan, memiliki kemerdekaan hidup dan menentukan nasibnya sendiri.
Para budak pada bangsa Goth dimerdekakan oleh para penguasa Muslim dan diberi
pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya. Sikap toleransi kaum muslim adalah
perjanjian damai dengan pihak para penguasa yang telah ditaklukan. Kebebasan,
persamaan dan persaudaraan yang diterapkan, memungkinkan bangsa-bangsa yang
ditaklukkan itu ikut ambil abgian dalam pemerintahan bersama-sama dengan para
penguasa Muslim. Jadi Islam tidak mengenal adanya perbedaan kasta dan
keyakinan. Saat ditaklukan, tingkat peradaban Andalusia sangat rendah dan
keadaan umumnya begitu menyedihkan, sehingga kaum Muslim lebih banyak mengajar
dari pada belajar. Eropa sendiri di satu pihak diganggu oleh bangsa Berber
Jerman. Sementara itu filsafat Yunani dan ilmu pengetahuan telah lama pindah
tempat ke Syria dan Persia.
Penaklukan semenanjung ini diawali dengan pengiriman 500 orang tentara muslim dibawha pimpinan Tarif bin Malik pada Ramadhan tahun 91 H/710 M. Ia dan pasukannya mendarat disebuah tempat yang diberi nama Tarifa. Ekspedisi ini berhasil dan tariff kembali ke Afrika Utara membawa banyak ghanimah. Musa bin Nushair, Gubernur Jenderal Al Maghrib di Afrika Utara kala itu, kemudian mengirimkan 7000 orang tentara dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad. Ekpsedisi kedua ini mendarat dibukit karang Gibraltar (Jabal At Thariq ) pada tahun 92 H/711 . Diatas bukit itu, Thariq berpidato untuk membangkitkan semngat juang pasukannya, karena tentara musuh yang akan dihadapi jumlahnya 100.000 orang. Thariq mendapat tambahan 5000 orang tentara dari Afrika Utara sehingga total jumlah pasukannya menjadi 12.000 orang.
Penaklukan semenanjung ini diawali dengan pengiriman 500 orang tentara muslim dibawha pimpinan Tarif bin Malik pada Ramadhan tahun 91 H/710 M. Ia dan pasukannya mendarat disebuah tempat yang diberi nama Tarifa. Ekspedisi ini berhasil dan tariff kembali ke Afrika Utara membawa banyak ghanimah. Musa bin Nushair, Gubernur Jenderal Al Maghrib di Afrika Utara kala itu, kemudian mengirimkan 7000 orang tentara dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad. Ekpsedisi kedua ini mendarat dibukit karang Gibraltar (Jabal At Thariq ) pada tahun 92 H/711 . Diatas bukit itu, Thariq berpidato untuk membangkitkan semngat juang pasukannya, karena tentara musuh yang akan dihadapi jumlahnya 100.000 orang. Thariq mendapat tambahan 5000 orang tentara dari Afrika Utara sehingga total jumlah pasukannya menjadi 12.000 orang.
Pertempuran pecah didekat muara
sungai Salado (Lagend Janda) pada bulan Ramadhan 92 H/19 Juli 711. Pertempuran
ini mengawali kemenangan Thariq dalam pertempuran-pertempuran berikutnya,
sampai akhirnya Toledo, ibukota Gothia Barat, dapat direbut pada bulan
September tahun itu juga. Bulan Juni 712 M. Musa berangkat ke Andalusia membawa
18.000 orang tentara dan menyerang kota-kota yang belum ditaklukkan oleh Thariq
sampai bulan Juni tahun berikutnya. Di kota kecil Talavera, Thariq menyerahkan
kepemimpinan pada Musa. Pada saat itu pula Musa mengumumkan Andalusia menjadi
bagian dari wilayah kekuasaan Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Penaklukan
selanjutnya diarahkan ke kota-kota bagian utara hingga mencapai kaki
pengunungan Pyrenia. Di balik pegunungan itu terbentang tanah Galia dibawah
kekuasaan bangsa Prancis. Musa berambisi menaklukkan wilayah dibalik pegunungan
itu, namun khalifah al walid tidak merestuinya bahkan ia memanggil Musa dan
Thariq untuk pulang ke Damaskus. Sebelum berangkat Musa menyerahkan kekuasaan
kepada Abd Al Aziz bin Musa. Abd Aziz berhasil menaklukkan Andalusia sudah
jatuh ke tangan umat Islam, kecuali Galicia sebuah kawasan yang terjal dan
tandus di bagian barat laut semenanjung itu.
Andalusia menjadi salah satu
propinsi dari daulah Bani Umayyah sampai tahun 132 H/ 750 M. Selama periode
tersebut, para gubernur Umawiyah di Andalusia berusaha mewujudkan impian Musa
bin Nushair untuk menguasai Galia. Akan tetapi, dalam pertempuran Poitiers
didekat Tours pada tahun 114 H / 732 M tentara Islam dibawah pimpinan Abd Al –
Rahman Al – Ghafiq di pukul mundur oleh tentara Nasrani Eropa dibawah pimpinan
Kartel Martel. Itulah titik akhir dari serentetan sukses umat Islam diutara
pegunungan Pyneria. Setelah itu mereka tidak pernah meraih kemenangan yang
berarti dalam menghadapi serangan balik kaum Nasrani Eropa. Ketika daulah Bani
Umayyah runtuh pada tahun 132 H / 750 M. Andalusia menjadi salah satu propinsi
dari daulah Bani Abbas sampai Abd Al Rahman bin Muawiyah, cuvu khalifah
Umawiyah kesepuluh hisyam bn Abd Malik, memproklamasikan propinsi itu sebagai
Negara yang berdiri sendiri pada tahun 138 H/756 M. Sejak proklamasi itu. Andalusia
memasuki babak baru sebgai sebuah Negara berdaulat dibawah kekuasaan Bani
Umayyah II yang beribukota di Codova sampai tahun 422 H/1031.
Sejak pertana kali menginjakkan kaki
ditanah Andalusia hingga jatuhny kerajaan Islam terakhir disana, Islam
memainkan peranan yang sangat yang dilalui umat Islam di Andalusia dapat dibagi
menjadi enam periode:
- Periode Pertama (711 – 755 M)
Pada periode ini, Andalusia berada
dibawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh khalifah Bani Umayyah yang
berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik Andalusia belum
tercapai secara sempurna, gangguan – gangguan masih terjadi baik dari dalam
maupu luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan diantara elit
penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan, terutama antara Basbar
asal Afrika Utara dan Arab. Didalam etnis arab sendiri, terdapat dua golongan
yang terus menerus bersaing, yaitu suku Qaisy (Ara Utara) dan Arab Yamani (Arab
Selatan). Perbedaan etnis ini seringkali menimbulkna konflik politik, terutama
ketika tidak ada figus penguasa yang tangguh. Itulah sebabnya di Andalusia pada
saat itu, tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan kekuasannya dalam jangka
eaktu yang agak lama.
Gangguan dari luar dari sisa-sisa musuh lama di Andalusia yang bertempat tinggal di daerah-daerah pegunungan yang memang tidak pernah tunduk kepada pemerintahan Islam. Karena seringnya konflik internal dan berperang menghadapi musuh dari luar, maka dalam periode ini Andalusia belum memasuki kegiatan pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan. Periode ini berakhir dengan datangnya Abd AL Rahman Al Dakhil pada tahun 138 H/755 M.
Gangguan dari luar dari sisa-sisa musuh lama di Andalusia yang bertempat tinggal di daerah-daerah pegunungan yang memang tidak pernah tunduk kepada pemerintahan Islam. Karena seringnya konflik internal dan berperang menghadapi musuh dari luar, maka dalam periode ini Andalusia belum memasuki kegiatan pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan. Periode ini berakhir dengan datangnya Abd AL Rahman Al Dakhil pada tahun 138 H/755 M.
- Periode Kedua (755-912 M)
Pada periode ini, Andalusia berada
di bawah pemerintahan amir, tetapi tumduk kepada pusat pemerintahan Islam yang ketika
itu dipegang oleh khalifah abbasiyah di Baghdad. Penguasa Andalusia pada
periode ini adalah Abd Al Rahman Al Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abd Al Rahman Al
Ausath, Muhammad bin Abd Al Rahman, Munzir bin Muhammad dan Abdullah bin
Muhammad.
Mengenai Ad Dakhil, diceritakan
sewaktu dinasti bani umayyah tumbang oleh dinasti abbasiyah terjadi pembunuhan
massal dan pengejaran terhadap sisa-sisa keluarga Umayah. Ia melarikan diri
menyusuri Afrika Utara hingga tiba di Meknes. Maroko dan pindah ke Melilla,
dekat Ceuta di pesisir laut tangah menghadap semenanjung Liberia. Inilah buat
pertama kalinya seorang pangeran Bani Umayyah masuk ke Andalusia, sehingga ia
mendapat gelar Ad Dakhil. Setelah melumpuhkan penguasa Andalusia, Yusuf bin Abd
Ar Rahman, ia akhirnya berkuasa disana.
Pada periode ini, Andalusia mulai
memperoleh kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang politik maupun dalam bidang
perdaban. Abd Al Rahman Al Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah
dikota-kota besar. Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam dan
Hukum dikenal sebagai pembaharu dalam bidang militer. Dialah yang memprakasai
tentara bayaran di Andalusia. Sedang Abd Al Rahman Al Ausath dikenal sebagai
penguasa yang cinta ilmu.
Para periode ini, berbagai ancaman
dan kerusakan terjadi. Pada pertengahan abad ke 9 M. Stabilitas munculnya
gerakan Kristen fanatic yang mencari kesyahidan (Martydom). Tetapi gerakan ini
tidak mendapat simpati dikalangan intern Kristen sendiri, karena pemerintahan
Islam kala itu mengembangkan kebebasan beragama. Peribadatan tidak dihilangi,
bahkan mereka juga tidak dihalangi bekerja sebagai pegawai pemerinthan atau
emnajdi karyawan pada intansi militer. Gangguan politik paling serius dating
dari umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852 M
membentuk Negara kota dan bertahan sampai 80 tahun. Disamping itu, sejumlah
orang yang tidak puas terhadap penguasa melancarkan revolusi, yang terpenting
diantaranya pemberontakan Hafshun dan anaknya yang berpusat dipegunungan dekat
Malaga.
- Periode Ketiga (912-1013 M)
Pada periode ini, Andalusia
diperintah oleh penguasa dengan gelar khalifah. Penggunaan gelar ini berawal
dari berita bahwa al muktadir. Khalifah Bani Abbasiyah di Baghdad meninggal
dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Maka Abdurrahman III menilai bahwa
keadaan ini menunjukkan suasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam
kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan moment yang paling tepat untuk
mmakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150
tahun lebih. Maka dari itu, gelar khalifah ini mulai dipakai sejak tahun 929 M
Khalifah besar yang memerintah pada periode ini yaitu Abd Al Rahman Al Nasir
(912-916 M), Hakam II (961-976M) dan Hisyam II (976-1009M).
Pada periode ini, Andalusia mencapai
puncak kemajuan dan kejayaan, menyaingi Baghdad di timur. Al Nashir mendirikan
universitas di cordova yang perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku.
Hakam II juga juga seoreang kolektor buku dan pendiri perpustakaan. Pada masa
ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran. Pembangunan kota
berlangsung cepat.
- Periode ke empat ( 1013 – 1086)
Pada periode ini Andalusia terpecah
menjadi lebih 20 kerajaan kecil. Masa ini disebut Muluk al – Thawaif (Raja
Golongan ) mereka mendirikan kerajaan berdasarkan etnis Barbar. Slovia ata u
Andalus yang bertikai satu sama lain sehingga menimbulka keberania umat Kristen
di utara untuk menyerang. Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, para pihak
yangbertikai sering meminta bantuan kepada raja – raja Kristen. Periode ini
meskipun terjadi ketidakstabilan tetapi dalam bidang peradaban mengalami
kemajuan karena masing – masing ibu kota kerajaan local ingin menyaingi Cordova
sehingga muncullah kota –kota besar seperti Toledo, Sevilla, Malaga, dan
Granada.
- Periode ke lima ( 1086 – 1248)
Pada periode ini meskipun Andalusia
terpecah – pecah dalam beberapa Negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang
dominan, yakni dinasti Murabhitun (1086-1143) dan dinasti Muwahidun (1146-1235
M). murabhitun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh
Yusuf bin Tasytin di afrika utara. Ia masuk ke Andalusia atas undangan penguasa
islam disana yang tengah menikul beban berat perjuangan mempertahankan negri
dari serangan orang Kristen. Ia dan tentaranya masuk Andalusia pada tahun 1086
M dan berhasil mengalahkan pasukan castilia. Karena perpecahan dikalangan raja-
raja muslim, yusuf melangkah lebih jauh untuk menguasai Andalusia dan berhasil.
Tetapi sepenggantinya adalah raja – raja yang lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan
dinasti ini berakhir baik di afrika utara maupun Andalusia sendiri.
Sepeninggal murabhitun,
muncul-muncul dinasti kecil, tapi berlangsung tiga tahun. Pada tahun 1146 M,
dinasti muwahidun di afrika utara yang didirikan oleh mehammad bin tumart.
Dinasti ini datang ke Andalusia dibawah pimpinan abd al mun’im. Antara tahun
1114 dan 1115 M, kota-kota muslim penting di Andalusia seperti cordova. Almeria
dan cannada jatuh di bawah kekuasaannya. Untuk jangka beberapa decade, dinasti
ini mengalami banyak kemajuan. Kekuatan – kekuatan Kristen dapat dipukul mundur
akan tetapi, tidak lama setelah itu Muwahhidun mengalami keambrukan. Tentara
Kristen, pada tahun 1212 M, mendapat kemenangan besar di Las Navas de Tolesa.
Kekalahan – kekalahan yang dialami oleh Muwahhidun memaksa penguasanya keluar
dari Andalusia dan kembali ke afrika utara pada tahun 1235 M. Tahun 1238 M
cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh di tahun 1248 M.
Seluruh Andalusia kecuali Granada lepas dari kekuasaan islam.
- Periode ke enam (1248 – 1492)
Pada periode ini, islam hanya
berkuasa di daerah Granada. Di bawah dinasti bani ahmar (1232-1492 M) yang
didrikan oleh Muhammad bin Yusuf bin Nasr bin al-Ahmar. Peradaban mengalami
kemajuan tetapi hanya berkuasa di wilayah yang kecil seperti pada masa
kekuasaan Abdurrahman an –Nashir. Namun pada decade terkhir abad 14 M, dinasti
ini telah lemah akibat perebutan kekuasaan. Kesempatan ini dimanfaatkan olen
kerajaan Kristen yang telah mempersatukan diri melalui pernikahan antar
Esabella dan Aragon dengan raja Ferdinand dari Castilla untuk bersama – sama
merebut kerajaan Granada. Pada tahun 1487 menguasai Almeria tahun 1492
menguasai Granada. Raja terakhir Granada, Abu Abdullah, melarikan diri ke
afrika utara.
Pada akhir abad ke 14 M pihak
Kristen sangat antusias untuk mengkristenkan pemeluk yahudi dan muslim. Pada
1391 yahudi dipaksa menerima Baptisme tahun 1478 program pemaksaan agama
diresmikan dan memerintahkan yahudi untuk memilih baptisme atau pengusiran.
Tahun 1492 nyaris seluruh pemeluk yahudi diusir dari Andalusia.
Gerakan reconquisa terus berlanjut.
Tahun 1499, kerajaan Kristen Granada melakukan pemaksaan orang islam untuk
menganut Kristen dan buku – buku tentang islam di bakar. Tahun 1502 kerajaan
Kristen ini mengeluarkan perintah supaya orang islam Granada keluar dari negri
ini kalau tidak mau menjadi Kristen. Umat islam harus memilih antara masuk
Kristen atau keluar dari andalus sebagai orang terusir. Maka banyak orang islam
yang menyembunyikan keislamannya dan melahirkan kekristenannya. Timbul pula
pembrontakan – pembrontakan. Pada tahun 1596, muslim Granada membrontak dibantu
oleh kerajaan usmaniyah. Antara tahun 1609-1614 M kira-kira sekitar setengah
juta kaum muslimin Andalusia pindah ke afrika utara. Ini merupakan perpindahan
terakhir umat islam Andalusia. Sejak saat itu tak ada lagi umat islam di
Andalusia.
- Kemajuan peradaban
- Di bidang Ilmu Pengetahuan
Pemisahan Andalusia dari bagdad
secara politis, tidak berpengaruh terhadap transisi keilmuwan dan peradaban
antara keduanya. Banyak muslim Andalusia yang menuntut ilmu di negri islam
belahan timur dan tidak sedikit pula ulama dari timur yang mengembangkan
ilmunya di Andalusia.
Prestasi umat islam dalam memajukan
ilmu pengetahuan tidak diperoleh secara kebetulan, melainkan dengan kerja keras
melauli beberapa tahapan system pengembangan. Mula – mula dilakukan beberapa
penerjemah kitab – kitab klasik yunani, romawi, india , Persia. Kemudian
dilakukan pensyarahan dan komentar terhadap terjemahan tersebut, sehingga lahir
komentator-komentator muslim kenamaan. Setelah itu dilakukan koreksi teori –
teori yang sudah ada, yang acap kali melahirkan teori baru sebagai hasil
renungan pemikir – pemikir muslim sendiri. Oleh karena itu, umat islam tidak
hanya berperan sebagai jembatan penghubung warisan budaya lama dari zama klasik
ke zaman baru. Terlalu banyak teori orisinil temuan mereka yang besar sekali
artinya sebagai dasar ilmu pengetahuan modern.
Perkembangan pesat ilmu pengetahuan
dan filsafat pada masa itu tidak terlepas kaintannya dari kerjasam yang
harmonis antara penguaa, hartawan dan ulam. Umat islam di Negara – Negara islam
waktu itu berkeyakinan bahwa memajukan ilmu pengetahuan dan kebudayaaan
umumnya, merupakan salah satu kewajiban pemerintahan. Kesadaran kemanusiaan dan
kecintaan akan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh para pendukung ilmu telah
menimbulkan hasrat untuk mengadakan perpustakaan – perpustakaan, disamping
mendirikan lembaga – lembaga pendidikan.
Sekolah dan perpustakaan umum maupun
pribadi banyak dibangun diberbagai penjuru kerajaan, sejak dari kot besar
sampai ke desa-desa.
Andalusia pada kala itu sudah mencapai tingkat peradaban yang sangat maju, sehingga hamper tidak ada seorangpun penduduknya yang but huruf. Dalam pada itu, eropa Kristen baru mengenal asas-asas pertam ilmu pengetahuan, itupun tebatas hanya pada beberapa orang pendeta saja. Dari Andalusia ilmu pengetahuan dan peradaban arab mengalir ke Negara-negara eropa Kristen, melalai kelompok – kelompok terpelajar mereka yang pernah menuntut ilmu di universitas Cordova, Malaga, Granada, sevilla atau lembaga – lembaga ilmu pengetahuan lainnya Andalusia. Yang pada gilirannya kelak akan mengantarkan eropa memasuki periode baru masa kebangkitan. Bidang – bidang ilmu pengetahuan yang paling menonjol antara lain:
Andalusia pada kala itu sudah mencapai tingkat peradaban yang sangat maju, sehingga hamper tidak ada seorangpun penduduknya yang but huruf. Dalam pada itu, eropa Kristen baru mengenal asas-asas pertam ilmu pengetahuan, itupun tebatas hanya pada beberapa orang pendeta saja. Dari Andalusia ilmu pengetahuan dan peradaban arab mengalir ke Negara-negara eropa Kristen, melalai kelompok – kelompok terpelajar mereka yang pernah menuntut ilmu di universitas Cordova, Malaga, Granada, sevilla atau lembaga – lembaga ilmu pengetahuan lainnya Andalusia. Yang pada gilirannya kelak akan mengantarkan eropa memasuki periode baru masa kebangkitan. Bidang – bidang ilmu pengetahuan yang paling menonjol antara lain:
a) Filsafat
Islam di Andalusia telah mencatat
satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah islam. Ia
berperan sebagai jembatan penyeberangan yang di lalui ilmu pengetahuan Yunani
Arab ke Eropa abad ke 12 minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai
dikembangkan pada abad ke-9 selama pemerintahan bani umayyah. Tokoh pertama
dalam sejarah filsafat Andalusia dalah Abu Bakr Muhammad bin al-Syaigh yang
terkenal dengan nama Ibnu Bajjah. Karyanya adalah Tadbir al-muwahhid, tokoh
kedua adalah Abu Bakr bin Thufail yang banyak menulis masalh kedokteran,
astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang terkenal adalah Hay bin Yaqzhan.
Tokoh terbesar dalam bidang filsafat di Andalusia adalah Ibnu Rusyd dari
cordova. Ia menafsirkan maskah – naskah aristoteles dan menggeltuti masalah –
masalah menahun tentang keserasian filsafat agama.
b) Sains
Ilmu kedokteran, musik, matematika,
astronomi dan kimia berkembang dengan baik di Andalusia. Ibarhim bin yahya al
Naqqash terkenal dalam ilmuastronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya
gerhana matahari dan berhasil membuat teropong yang dapat menentukan jarak tata
surya dan bintang. Ahmad bin abbas dari cordova adalah ahli dalam bidang obat –
obatan. Umm al-hassan bint abi ja’far dan saudara perempuan al hafidz adalah
dua orang dokter dari kalangan wanita.
Di bidang sejarah dan geografi,
muncul ibnu jubair yang menulis negeri–negeri muslim mediterania dan ibnu
batutah yang mengadakan ekspedisi hingga mencapai samudra pasai dan cina. Ibnu
al-khatib menyusun riwayat Granada sedang Ibnu khaldun dari tunis adalah
perumus filasafat sejarah.
c) Fiqh
Andalusia mayoritas menganut madhzab
maliki, yang pertama kali diperkenalkan oleh ziyyad bin abd al-rahman. Ahli –
ahli fiqih lainnya diantaranya adalah ibnu yahya, seorang qadhi, kemudian abu
bakar al quthiyah, munzir bin sa,if al-baluthi dan ibnu hazim yang terkenal.
d) Musik dan Kesenian
Dibidang ini dikenal seorang tokoh
bernama Hasan bin Nafi yang berjuluk Zaryah. Dia juga terkenal sebagai
penggubah lagu dan sering mengajarkan ilmunya kepada siapa saja sehingga
kemasyhurannya makin meluas.
e) Bahasa dan
Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa
administrasi dalam pemerintahan islam di Andalusia. Hal itu dapat diterima oleh
orang-orang Islam dan non Islam. Bahkan penduduk asli Andalusia menomorduakan
bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab
baik ketrampilan bahasa maupun tata bahasa Tokohnya antara lain : Ibnu Sayyidh,
Ibn Malik pengarang alfiyah, Ibn Khuruf, Ibn al-hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu
al-Hasan bin Usfur dan Abu Hayyan al-Gharmatti dan muncul banyak karya sastra
seperti al-iqd al-farid karya ibn abd rabbib, al-Dzakhirah fii Mahasin Ahl
al-Jazirah oleh Ibn Bassam dan kitab al-Qalaid karya al-Fath bin Khaqan.
- Di bidang pembanguna fisik
Samah bin Malik menjadikan cordova
sebagai ibu kota propinsi Andalusia menggantikan sevilla pada tahun 100H/719M.
Ia membangun tembok dinding kota, memugar jembatan tua yang dibangun penguasa
romawi dan membangun kisaran air. Ketika ad-Dakhil berkuasa, cordova diperindah
serta dibangun benteng di sekeliling kota dan istana. Air danau dialirkan
melalui pipa-pipa ke istana dan rumah penduduk. Kebanggan cordova lainnya
adalah al-Qashr al-Kabir, alRushafa, masjid jami’ cordova, jembatan cordova, al-Zahra
dan al-Zahirah
Al-Qashr al-Kabir adalah kota satelit yang dibangun ad-Dakhil dan disempurnakan oleh beberapa penggantinya. Didalamnya dibangun 430 gedung yang diantaranya merupakan istana – istana megah. Al-Rushafa adalah sebuah istana yang dikelilingi taman yang luas dan indah, yang dibangun ad-Dakhil yang masih tgak berdiri hingga sekarang adalah masjid jami’ cordova didirikan tahun 170H/786M dengan dana 80.000 dinar.
Al-Qashr al-Kabir adalah kota satelit yang dibangun ad-Dakhil dan disempurnakan oleh beberapa penggantinya. Didalamnya dibangun 430 gedung yang diantaranya merupakan istana – istana megah. Al-Rushafa adalah sebuah istana yang dikelilingi taman yang luas dan indah, yang dibangun ad-Dakhil yang masih tgak berdiri hingga sekarang adalah masjid jami’ cordova didirikan tahun 170H/786M dengan dana 80.000 dinar.
Masjid ini memiliki sebuah menara
yang tingginua 20 meter terbuat dari marmer dan sebuah kubah besar yang
didukung oleh 300 buah pilar yang terbuat dari marmer pula. Ditengah masjid
terdapat tiang agung yang menyangga 1000 lentera. Ada Sembilan buah pintu yang
dimiliki masjid ini, semuanya terbuat dari tembaga kecuali pintu maqsurah yang
terbuat dari emas murni. Ketika cordova jatuh ke tangan Fernando III pada tahun
1236, masjid ini dijadikan gereja dengan nama santa maria, tetapi dikalangan
orang Andalusia lebih popular dengan ia mezquita, berasal dari bahasa arab
al-Masjid.
Al-Nashir pada tahun 325 H/ 936 M
membangun kota satelit dengan nama salah seorang selirnya al-Zahra.
Kemegahannya hamper menyamai al-Qashr al-Kabir. Ia dilengkapi taman indah yang
disela-selanya mengalir air dari gunung, danau kecil berisi ikan beraneka warna
dan sebuah taman margasatwa. Sementara pada tahun 368 H / 978 M Al Manshur
membangun kota Al Zairah dipinggir Wadi Al Kabir, tidak jauh dari Cordova. Al
Zahirah dilengkapi dengan taman – taman indah, pasar, toko , masjid dan
bangunan umum lainnya.
- Analisis Kemajuan Peradaban Andalusia
Salah Satu mengapa Andalusia
mengalami kemajuan pesat di dalam peradabannya menurut penulis salah satunya
disebabkan policy dari para penguasanya yang mempelopori berbagai kegiatan
ilmiah. Meskipun ada ketegangan politik dengan Baghdad timur tapi tidak selalu
terjadi konfrontasi militer. Banyak para sarjana Islam dari wilayah Barat
menimpa ilmu di Timur dengan membawa bukum teori dan gagasan pengetahuan,
begitu pula sebaliknya. Jadi meskipun umat islam terpecah secara politik tapi
tetap dalam bingkai kesatuan budaya dunia Islam. Perpecahan politik pada
periode Al Muluk Al Thawa’if tidak menyebabkan mundurnya ilmu pengetahuan dan
peradaban, bahkan setiap penguasa di negeri-negeri kecil tersebut saling
berkompetensi dalam ilmu pengetahuan terutama usaha untuk menyaingi Cordova.
Sedang aspek kehancuran Andalusia
dari berbagai literature menurut penulis disebarkan karena adanya konflik
dengan Kristen. Islami yang terjadi kurang sempurna. Kerajaan – kerajaan
Kristen taklukan asal tidak melakukan perlawanan militer dibiarkan
mempertahankan hukum dan adat mereka, yang pada gilirannya akan menciptakan
kubu komunitas berbeda antara Arab Islam dengan Andalusia Kristen yang memicu
adanya nasionalisasi. Pada periode kemunduran Islam, kerajaan-kerajaan Kristen
ini akhirnya dapat menghimpun kekuatan untuk mengenyahkan Islam dari Andalusia
tertama karena kondisi Andalusia yang yang terpencil secara militer, sehingga
sulit mendapat bantuan militer kecuali hanya dari Afrika Utara.
Faktor krusial lainnya didalam
intern umat Islam telah terdapat perpecahan. Terutama masalah yang berkaitan
dengan etnis dan sosial. Sering dijumpai konflik antara komunitas Arab Utara
dan Arab Selatan, antara Barbar dengan arab Selatan, antara Barbar dengan Arab
serta problem naturalisasi bagi para mukallaf, yang masih dipandang sebelah
mata, terutama dengan pemberian term ibad dan muwalladun yang bertedetensi
merendahkan. Yang paling fatal lagi adalah tidak adanya mekanisme yang jelas
dalam suksesi kepemimpinan. Sehingga sering menimbulkan gejolak politik yang
melemahkan Negara.
Dari aspek pengaruh peradaban
Andalusia terhadap kebangkitan Eropa (renaissance) adalah dipicu dengan
banyaknya kaum terpelajar Eropa yang belajar di pusat-pusat studi di Andalusia
sehingga menyerap berbagai gagasan dan pola pemikiran berbagai tokoh
pengetahuan seperti Ibnu Rusyd serta berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa
melalui terjemahan Arab yang dipelajari, yang kemudian di konversi ke bahasa
latin. Yang pada akhirnya mempercepat terjadinya proses reformasi,
rasionalisasi hingga pada fase pencerahan di Eropa.