Sunday, February 3, 2013

Peradaban Islam Pada Masa Bani Umayyah II (di Andalusia)


  1. PENDAHULUAN
Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan pada periode Islam klasik. Andalusia mencapai puncak keemasannya.Banyak prestasi yang mereka peroleh bahkan pegaruhnya membawa Eropa dan kemudian dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks, Andalusia juga dikatakan mampu menyaingi Baghdad yang ada di timur. Banyak orang Eropa mendalami studi di Universitas-Universitas Islam disana. Ketika itu bisa dikatakan, Islam telah menjadi guru bagi orang Eropa. Selama delapan abad, Islam pernah berjaya di bumi Eropa (Andalusia) dan membangun peradaban yang gemilang. Namun peradaban yang di bangun dengan susah payah dan kerja keras kaum Muslimin itu, harus ditinggalkan dan dilepas begitu saja karena kelemahan-kelemahan yang terjadi di kalangan kaum Muslimin sendiri dan karena keberhasilan Bangsa Barat atau Eropa bangkit dari keterbelakangan. Kebangkitan yang meliputi hampir semua element peradaban, terutama di bidang politik yakni dengan dikalahkannya kerjaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya sampai kemajuan di bidang sains dan teknologi.
  1. PEMBAHASAN
    1. Penaklukan dan Pemerintahan
Al Andalus berarti “untuk menjadi hijau pada akhir musim panas” dan merujuk pada wilayah yang diduduki oleh kerajaan Muslim di Spanyol Selatan yang meliputi kota-kota seperti Almeria, Malaga, Zadiz, Huelva, Seville, Cordoba, Jaen dan Granada.
Andalusia terletak di benua Eropa barat daya dengan batas-batas ditimur dan tenggara adalah laut tengah, diselatan benmua Afrika yang terhlang oleh selat Gibraltar, dibarat samudra atlantik dan utara ole teluk Biscy. Pegunungan Pyneria ditimur laut membatasi Andalusia dengan Prancis. Andalusia adalah sebutan pada masa Islamm bagi daerah yang dikenal dengan senanjung Liberia (kurang lebih 93 % wilayah Spanyol, sisanya Portugal) dan Vadalusia. Sebutan ini berasal dari kata Vandalusia, yang berarti negeri bangsa vandal, karena bagian selatan semenanjung itu pernah dikuasai oleh bangsa Vandal sebelum mereka diusir ke Afrika Utara oleh Bangsa Goth pada abad ke 5 M.
Kondisi sosial masyarakat Andalusia menjelang penaklukan Islam sangat memperihatinkan. Masyarakat terpolarisasi ke dalam beberapa kelas sesuai dengan latar belakang sosialnya. Sehingga ada masyarakat kelas satu,dua dan tiga. Kelompok masyarakat kelas satu, yakni penguasa, terdiri atas raja, para pangeran, pembesar istana, pemuka agama dan tuan tanah besar. Kelas dua terdiri atas tuan-tuan anak kecil. Tuan tanah kecil adalah golongan rakyat kecil adalah golongan rakyta kelas dua (second citizen). Kelompok masyarakat kelas tiga terdiri atas pada budak termasuk budak tani yang nasibnya tergantung pada tanah, penggembala, nelayan, pandai besi, orang Yahudi dan kaum buruh dengan imbalan makan dua kali sehari. Mereka tidak dapat menikmati hasil tanah yang mereka grap. Rakyat kelas dua dan tiga yang sangat teritindas oleh kelas atas banyak lari ke hutan karena trauma dengan penindasan para penguasa. Demi mempertahankan hidup, mereka terpaksa harus mencari nafkah dengan jalan membunuh, merampas atau membajak. Dekadensi moral mereka itu bersamaan dengan jatuhnya ekonomi mereka.
Penaklukan oleh pasukan atas Andalusia member dampak positif yang luar biasa. Andalusia dijadikan tempat ideal dan pusat pengembangan budaya. Ketika peradaban Eropa tenggelam dalam kegelapan dan kehancuran, obor Islam menyinari seluruh Eropa melalui Adalusia, kepada bangsa Vandhal, Goth dan berber. Islam menegakkan keadilan yang belum dikenal sebelumnya. Rakyat jelata tertindas yang hidup dalam kegelapan mendapat sinar keadilan, memiliki kemerdekaan hidup dan menentukan nasibnya sendiri. Para budak pada bangsa Goth dimerdekakan oleh para penguasa Muslim dan diberi pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya. Sikap toleransi kaum muslim adalah perjanjian damai dengan pihak para penguasa yang telah ditaklukan. Kebebasan, persamaan dan persaudaraan yang diterapkan, memungkinkan bangsa-bangsa yang ditaklukkan itu ikut ambil abgian dalam pemerintahan bersama-sama dengan para penguasa Muslim. Jadi Islam tidak mengenal adanya perbedaan kasta dan keyakinan. Saat ditaklukan, tingkat peradaban Andalusia sangat rendah dan keadaan umumnya begitu menyedihkan, sehingga kaum Muslim lebih banyak mengajar dari pada belajar. Eropa sendiri di satu pihak diganggu oleh bangsa Berber Jerman. Sementara itu filsafat Yunani dan ilmu pengetahuan telah lama pindah tempat ke Syria dan Persia.
Penaklukan semenanjung ini diawali dengan pengiriman 500 orang tentara muslim dibawha pimpinan Tarif bin Malik pada Ramadhan tahun 91 H/710 M. Ia dan pasukannya mendarat disebuah tempat yang diberi nama Tarifa. Ekspedisi ini berhasil dan tariff kembali ke Afrika Utara membawa banyak ghanimah. Musa bin Nushair, Gubernur Jenderal Al Maghrib di Afrika Utara kala itu, kemudian mengirimkan 7000 orang tentara dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad. Ekpsedisi kedua ini mendarat dibukit karang Gibraltar (Jabal At Thariq ) pada tahun 92 H/711 . Diatas bukit itu, Thariq berpidato untuk membangkitkan semngat juang pasukannya, karena tentara musuh yang akan dihadapi jumlahnya 100.000 orang. Thariq mendapat tambahan 5000 orang tentara dari Afrika Utara sehingga total jumlah pasukannya menjadi 12.000 orang.
Pertempuran pecah didekat muara sungai Salado (Lagend Janda) pada bulan Ramadhan 92 H/19 Juli 711. Pertempuran ini mengawali kemenangan Thariq dalam pertempuran-pertempuran berikutnya, sampai akhirnya Toledo, ibukota Gothia Barat, dapat direbut pada bulan September tahun itu juga. Bulan Juni 712 M. Musa berangkat ke Andalusia membawa 18.000 orang tentara dan menyerang kota-kota yang belum ditaklukkan oleh Thariq sampai bulan Juni tahun berikutnya. Di kota kecil Talavera, Thariq menyerahkan kepemimpinan pada Musa. Pada saat itu pula Musa mengumumkan Andalusia menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Penaklukan selanjutnya diarahkan ke kota-kota bagian utara hingga mencapai kaki pengunungan Pyrenia. Di balik pegunungan itu terbentang tanah Galia dibawah kekuasaan bangsa Prancis. Musa berambisi menaklukkan wilayah dibalik pegunungan itu, namun khalifah al walid tidak merestuinya bahkan ia memanggil Musa dan Thariq untuk pulang ke Damaskus. Sebelum berangkat Musa menyerahkan kekuasaan kepada Abd Al Aziz bin Musa. Abd Aziz berhasil menaklukkan Andalusia sudah jatuh ke tangan umat Islam, kecuali Galicia sebuah kawasan yang terjal dan tandus di bagian barat laut semenanjung itu.
Andalusia menjadi salah satu propinsi dari daulah Bani Umayyah sampai tahun 132 H/ 750 M. Selama periode tersebut, para gubernur Umawiyah di Andalusia berusaha mewujudkan impian Musa bin Nushair untuk menguasai Galia. Akan tetapi, dalam pertempuran Poitiers didekat Tours pada tahun 114 H / 732 M tentara Islam dibawah pimpinan Abd Al – Rahman Al – Ghafiq di pukul mundur oleh tentara Nasrani Eropa dibawah pimpinan Kartel Martel. Itulah titik akhir dari serentetan sukses umat Islam diutara pegunungan Pyneria. Setelah itu mereka tidak pernah meraih kemenangan yang berarti dalam menghadapi serangan balik kaum Nasrani Eropa. Ketika daulah Bani Umayyah runtuh pada tahun 132 H / 750 M. Andalusia menjadi salah satu propinsi dari daulah Bani Abbas sampai Abd Al Rahman bin Muawiyah, cuvu khalifah Umawiyah kesepuluh hisyam bn Abd Malik, memproklamasikan propinsi itu sebagai Negara yang berdiri sendiri pada tahun 138 H/756 M. Sejak proklamasi itu. Andalusia memasuki babak baru sebgai sebuah Negara berdaulat dibawah kekuasaan Bani Umayyah II yang beribukota di Codova sampai tahun 422 H/1031.
Sejak pertana kali menginjakkan kaki ditanah Andalusia hingga jatuhny kerajaan Islam terakhir disana, Islam memainkan peranan yang sangat yang dilalui umat Islam di Andalusia dapat dibagi menjadi enam periode:
  1. Periode Pertama (711 – 755 M)
Pada periode ini, Andalusia berada dibawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik Andalusia belum tercapai secara sempurna, gangguan – gangguan masih terjadi baik dari dalam maupu luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan diantara elit penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan, terutama antara Basbar asal Afrika Utara dan Arab. Didalam etnis arab sendiri, terdapat dua golongan yang terus menerus bersaing, yaitu suku Qaisy (Ara Utara) dan Arab Yamani (Arab Selatan). Perbedaan etnis ini seringkali menimbulkna konflik politik, terutama ketika tidak ada figus penguasa yang tangguh. Itulah sebabnya di Andalusia pada saat itu, tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan kekuasannya dalam jangka eaktu yang agak lama.
Gangguan dari luar dari sisa-sisa musuh lama di Andalusia yang bertempat tinggal di daerah-daerah pegunungan yang memang tidak pernah tunduk kepada pemerintahan Islam. Karena seringnya konflik internal dan berperang menghadapi musuh dari luar, maka dalam periode ini Andalusia belum memasuki kegiatan pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan. Periode ini berakhir dengan datangnya Abd AL Rahman Al Dakhil pada tahun 138 H/755 M.
  1. Periode Kedua (755-912 M)
Pada periode ini, Andalusia berada di bawah pemerintahan amir, tetapi tumduk kepada pusat pemerintahan Islam yang ketika itu dipegang oleh khalifah abbasiyah di Baghdad. Penguasa Andalusia pada periode ini adalah Abd Al Rahman Al Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abd Al Rahman Al Ausath, Muhammad bin Abd Al Rahman, Munzir bin Muhammad dan Abdullah bin Muhammad.
Mengenai Ad Dakhil, diceritakan sewaktu dinasti bani umayyah tumbang oleh dinasti abbasiyah terjadi pembunuhan massal dan pengejaran terhadap sisa-sisa keluarga Umayah. Ia melarikan diri menyusuri Afrika Utara hingga tiba di Meknes. Maroko dan pindah ke Melilla, dekat Ceuta di pesisir laut tangah menghadap semenanjung Liberia. Inilah buat pertama kalinya seorang pangeran Bani Umayyah masuk ke Andalusia, sehingga ia mendapat gelar Ad Dakhil. Setelah melumpuhkan penguasa Andalusia, Yusuf bin Abd Ar Rahman, ia akhirnya berkuasa disana.
Pada periode ini, Andalusia mulai memperoleh kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang politik maupun dalam bidang perdaban. Abd Al Rahman Al Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah dikota-kota besar. Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam dan Hukum dikenal sebagai pembaharu dalam bidang militer. Dialah yang memprakasai tentara bayaran di Andalusia. Sedang Abd Al Rahman Al Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu.
Para periode ini, berbagai ancaman dan kerusakan terjadi. Pada pertengahan abad ke 9 M. Stabilitas munculnya gerakan Kristen fanatic yang mencari kesyahidan (Martydom). Tetapi gerakan ini tidak mendapat simpati dikalangan intern Kristen sendiri, karena pemerintahan Islam kala itu mengembangkan kebebasan beragama. Peribadatan tidak dihilangi, bahkan mereka juga tidak dihalangi bekerja sebagai pegawai pemerinthan atau emnajdi karyawan pada intansi militer. Gangguan politik paling serius dating dari umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852 M membentuk Negara kota dan bertahan sampai 80 tahun. Disamping itu, sejumlah orang yang tidak puas terhadap penguasa melancarkan revolusi, yang terpenting diantaranya pemberontakan Hafshun dan anaknya yang berpusat dipegunungan dekat Malaga.
  1. Periode Ketiga (912-1013 M)
Pada periode ini, Andalusia diperintah oleh penguasa dengan gelar khalifah. Penggunaan gelar ini berawal dari berita bahwa al muktadir. Khalifah Bani Abbasiyah di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Maka Abdurrahman III menilai bahwa keadaan ini menunjukkan suasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan moment yang paling tepat untuk mmakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Maka dari itu, gelar khalifah ini mulai dipakai sejak tahun 929 M Khalifah besar yang memerintah pada periode ini yaitu Abd Al Rahman Al Nasir (912-916 M), Hakam II (961-976M) dan Hisyam II (976-1009M).
Pada periode ini, Andalusia mencapai puncak kemajuan dan kejayaan, menyaingi Baghdad di timur. Al Nashir mendirikan universitas di cordova yang perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam II juga juga seoreang kolektor buku dan pendiri perpustakaan. Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran. Pembangunan kota berlangsung cepat.
  1. Periode ke empat ( 1013 – 1086)
Pada periode ini Andalusia terpecah menjadi lebih 20 kerajaan kecil. Masa ini disebut Muluk al – Thawaif (Raja Golongan ) mereka mendirikan kerajaan berdasarkan etnis Barbar. Slovia ata u Andalus yang bertikai satu sama lain sehingga menimbulka keberania umat Kristen di utara untuk menyerang. Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, para pihak yangbertikai sering meminta bantuan kepada raja – raja Kristen. Periode ini meskipun terjadi ketidakstabilan tetapi dalam bidang peradaban mengalami kemajuan karena masing – masing ibu kota kerajaan local ingin menyaingi Cordova sehingga muncullah kota –kota besar seperti Toledo, Sevilla, Malaga, dan Granada.
  1. Periode ke lima ( 1086 – 1248)
Pada periode ini meskipun Andalusia terpecah – pecah dalam beberapa Negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yakni dinasti Murabhitun (1086-1143) dan dinasti Muwahidun (1146-1235 M). murabhitun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf bin Tasytin di afrika utara. Ia masuk ke Andalusia atas undangan penguasa islam disana yang tengah menikul beban berat perjuangan mempertahankan negri dari serangan orang Kristen. Ia dan tentaranya masuk Andalusia pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan castilia. Karena perpecahan dikalangan raja- raja muslim, yusuf melangkah lebih jauh untuk menguasai Andalusia dan berhasil. Tetapi sepenggantinya adalah raja – raja yang lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini berakhir baik di afrika utara maupun Andalusia sendiri.
Sepeninggal murabhitun, muncul-muncul dinasti kecil, tapi berlangsung tiga tahun. Pada tahun 1146 M, dinasti muwahidun di afrika utara yang didirikan oleh mehammad bin tumart. Dinasti ini datang ke Andalusia dibawah pimpinan abd al mun’im. Antara tahun 1114 dan 1115 M, kota-kota muslim penting di Andalusia seperti cordova. Almeria dan cannada jatuh di bawah kekuasaannya. Untuk jangka beberapa decade, dinasti ini mengalami banyak kemajuan. Kekuatan – kekuatan Kristen dapat dipukul mundur akan tetapi, tidak lama setelah itu Muwahhidun mengalami keambrukan. Tentara Kristen, pada tahun 1212 M, mendapat kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan – kekalahan yang dialami oleh Muwahhidun memaksa penguasanya keluar dari Andalusia dan kembali ke afrika utara pada tahun 1235 M. Tahun 1238 M cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh di tahun 1248 M. Seluruh Andalusia kecuali Granada lepas dari kekuasaan islam.
  1. Periode ke enam (1248 – 1492)
Pada periode ini, islam hanya berkuasa di daerah Granada. Di bawah dinasti bani ahmar (1232-1492 M) yang didrikan oleh Muhammad bin Yusuf bin Nasr bin al-Ahmar. Peradaban mengalami kemajuan tetapi hanya berkuasa di wilayah yang kecil seperti pada masa kekuasaan Abdurrahman an –Nashir. Namun pada decade terkhir abad 14 M, dinasti ini telah lemah akibat perebutan kekuasaan. Kesempatan ini dimanfaatkan olen kerajaan Kristen yang telah mempersatukan diri melalui pernikahan antar Esabella dan Aragon dengan raja Ferdinand dari Castilla untuk bersama – sama merebut kerajaan Granada. Pada tahun 1487 menguasai Almeria tahun 1492 menguasai Granada. Raja terakhir Granada, Abu Abdullah, melarikan diri ke afrika utara.
Pada akhir abad ke 14 M pihak Kristen sangat antusias untuk mengkristenkan pemeluk yahudi dan muslim. Pada 1391 yahudi dipaksa menerima Baptisme tahun 1478 program pemaksaan agama diresmikan dan memerintahkan yahudi untuk memilih baptisme atau pengusiran. Tahun 1492 nyaris seluruh pemeluk yahudi diusir dari Andalusia.
Gerakan reconquisa terus berlanjut. Tahun 1499, kerajaan Kristen Granada melakukan pemaksaan orang islam untuk menganut Kristen dan buku – buku tentang islam di bakar. Tahun 1502 kerajaan Kristen ini mengeluarkan perintah supaya orang islam Granada keluar dari negri ini kalau tidak mau menjadi Kristen. Umat islam harus memilih antara masuk Kristen atau keluar dari andalus sebagai orang terusir. Maka banyak orang islam yang menyembunyikan keislamannya dan melahirkan kekristenannya. Timbul pula pembrontakan – pembrontakan. Pada tahun 1596, muslim Granada membrontak dibantu oleh kerajaan usmaniyah. Antara tahun 1609-1614 M kira-kira sekitar setengah juta kaum muslimin Andalusia pindah ke afrika utara. Ini merupakan perpindahan terakhir umat islam Andalusia. Sejak saat itu tak ada lagi umat islam di Andalusia.

  1. Kemajuan peradaban
  2. Di bidang Ilmu Pengetahuan
Pemisahan Andalusia dari bagdad secara politis, tidak berpengaruh terhadap transisi keilmuwan dan peradaban antara keduanya. Banyak muslim Andalusia yang menuntut ilmu di negri islam belahan timur dan tidak sedikit pula ulama dari timur yang mengembangkan ilmunya di Andalusia.
Prestasi umat islam dalam memajukan ilmu pengetahuan tidak diperoleh secara kebetulan, melainkan dengan kerja keras melauli beberapa tahapan system pengembangan. Mula – mula dilakukan beberapa penerjemah kitab – kitab klasik yunani, romawi, india , Persia. Kemudian dilakukan pensyarahan dan komentar terhadap terjemahan tersebut, sehingga lahir komentator-komentator muslim kenamaan. Setelah itu dilakukan koreksi teori – teori yang sudah ada, yang acap kali melahirkan teori baru sebagai hasil renungan pemikir – pemikir muslim sendiri. Oleh karena itu, umat islam tidak hanya berperan sebagai jembatan penghubung warisan budaya lama dari zama klasik ke zaman baru. Terlalu banyak teori orisinil temuan mereka yang besar sekali artinya sebagai dasar ilmu pengetahuan modern.
Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan filsafat pada masa itu tidak terlepas kaintannya dari kerjasam yang harmonis antara penguaa, hartawan dan ulam. Umat islam di Negara – Negara islam waktu itu berkeyakinan bahwa memajukan ilmu pengetahuan dan kebudayaaan umumnya, merupakan salah satu kewajiban pemerintahan. Kesadaran kemanusiaan dan kecintaan akan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh para pendukung ilmu telah menimbulkan hasrat untuk mengadakan perpustakaan – perpustakaan, disamping mendirikan lembaga – lembaga pendidikan.
Sekolah dan perpustakaan umum maupun pribadi banyak dibangun diberbagai penjuru kerajaan, sejak dari kot besar sampai ke desa-desa.
Andalusia pada kala itu sudah mencapai tingkat peradaban yang sangat maju, sehingga hamper tidak ada seorangpun penduduknya yang but huruf. Dalam pada itu, eropa Kristen baru mengenal asas-asas pertam ilmu pengetahuan, itupun tebatas hanya pada beberapa orang pendeta saja. Dari Andalusia ilmu pengetahuan dan peradaban arab mengalir ke Negara-negara eropa Kristen, melalai kelompok – kelompok terpelajar mereka yang pernah menuntut ilmu di universitas Cordova, Malaga, Granada, sevilla atau lembaga – lembaga ilmu pengetahuan lainnya Andalusia. Yang pada gilirannya kelak akan mengantarkan eropa memasuki periode baru masa kebangkitan. Bidang – bidang ilmu pengetahuan yang paling menonjol antara lain:
a)    Filsafat
Islam di Andalusia telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang di lalui ilmu pengetahuan Yunani Arab ke Eropa abad ke 12 minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 selama pemerintahan bani umayyah. Tokoh pertama dalam sejarah filsafat Andalusia dalah Abu Bakr Muhammad bin al-Syaigh yang terkenal dengan nama Ibnu Bajjah. Karyanya adalah Tadbir al-muwahhid, tokoh kedua adalah Abu Bakr bin Thufail yang banyak menulis masalh kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang terkenal adalah Hay bin Yaqzhan. Tokoh terbesar dalam bidang filsafat di Andalusia adalah Ibnu Rusyd dari cordova. Ia menafsirkan maskah – naskah aristoteles dan menggeltuti masalah – masalah menahun tentang keserasian filsafat agama.
b)   Sains
Ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi dan kimia berkembang dengan baik di Andalusia. Ibarhim bin yahya al Naqqash terkenal dalam ilmuastronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan berhasil membuat teropong yang dapat menentukan jarak tata surya dan bintang. Ahmad bin abbas dari cordova adalah ahli dalam bidang obat – obatan. Umm al-hassan bint abi ja’far dan saudara perempuan al hafidz adalah dua orang dokter dari kalangan wanita.
Di bidang sejarah dan geografi, muncul ibnu jubair yang menulis negeri–negeri muslim mediterania dan ibnu batutah yang mengadakan ekspedisi hingga mencapai samudra pasai dan cina. Ibnu al-khatib menyusun riwayat Granada sedang Ibnu khaldun dari tunis adalah perumus filasafat sejarah.
c)    Fiqh
Andalusia mayoritas menganut madhzab maliki, yang pertama kali diperkenalkan oleh ziyyad bin abd al-rahman. Ahli – ahli fiqih lainnya diantaranya adalah ibnu yahya, seorang qadhi, kemudian abu bakar al quthiyah, munzir bin sa,if al-baluthi dan ibnu hazim yang terkenal.
d)   Musik dan Kesenian
Dibidang ini dikenal seorang tokoh bernama Hasan bin Nafi yang berjuluk Zaryah. Dia juga terkenal sebagai penggubah lagu dan sering mengajarkan ilmunya kepada siapa saja sehingga kemasyhurannya makin meluas.
e)    Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan islam di Andalusia. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non Islam. Bahkan penduduk asli Andalusia menomorduakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab baik ketrampilan bahasa maupun tata bahasa Tokohnya antara lain : Ibnu Sayyidh, Ibn Malik pengarang alfiyah, Ibn Khuruf, Ibn al-hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan bin Usfur dan Abu Hayyan al-Gharmatti dan muncul banyak karya sastra seperti al-iqd al-farid karya ibn abd rabbib, al-Dzakhirah fii Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam dan kitab al-Qalaid karya al-Fath bin Khaqan.

  1. Di bidang pembanguna fisik
Samah bin Malik menjadikan cordova sebagai ibu kota propinsi Andalusia menggantikan sevilla pada tahun 100H/719M. Ia membangun tembok dinding kota, memugar jembatan tua yang dibangun penguasa romawi dan membangun kisaran air. Ketika ad-Dakhil berkuasa, cordova diperindah serta dibangun benteng di sekeliling kota dan istana. Air danau dialirkan melalui pipa-pipa ke istana dan rumah penduduk. Kebanggan cordova lainnya adalah al-Qashr al-Kabir, alRushafa, masjid jami’ cordova, jembatan cordova, al-Zahra dan al-Zahirah
Al-Qashr al-Kabir adalah kota satelit yang dibangun ad-Dakhil dan disempurnakan oleh beberapa penggantinya. Didalamnya dibangun 430 gedung yang diantaranya merupakan istana – istana megah. Al-Rushafa adalah sebuah istana yang dikelilingi taman yang luas dan indah, yang dibangun ad-Dakhil yang masih tgak berdiri hingga sekarang adalah masjid jami’ cordova didirikan tahun 170H/786M dengan dana 80.000 dinar.
Masjid ini memiliki sebuah menara yang tingginua 20 meter terbuat dari marmer dan sebuah kubah besar yang didukung oleh 300 buah pilar yang terbuat dari marmer pula. Ditengah masjid terdapat tiang agung yang menyangga 1000 lentera. Ada Sembilan buah pintu yang dimiliki masjid ini, semuanya terbuat dari tembaga kecuali pintu maqsurah yang terbuat dari emas murni. Ketika cordova jatuh ke tangan Fernando III pada tahun 1236, masjid ini dijadikan gereja dengan nama santa maria, tetapi dikalangan orang Andalusia lebih popular dengan ia mezquita, berasal dari bahasa arab al-Masjid.
Al-Nashir pada tahun 325 H/ 936 M membangun kota satelit dengan nama salah seorang selirnya al-Zahra. Kemegahannya hamper menyamai al-Qashr al-Kabir. Ia dilengkapi taman indah yang disela-selanya mengalir air dari gunung, danau kecil berisi ikan beraneka warna dan sebuah taman margasatwa. Sementara pada tahun 368 H / 978 M Al Manshur membangun kota Al Zairah dipinggir Wadi Al Kabir, tidak jauh dari Cordova. Al Zahirah dilengkapi dengan taman – taman indah, pasar, toko , masjid dan bangunan umum lainnya.
  1. Analisis Kemajuan Peradaban Andalusia
Salah Satu mengapa Andalusia mengalami kemajuan pesat di dalam peradabannya menurut penulis salah satunya disebabkan policy dari para penguasanya yang mempelopori berbagai kegiatan ilmiah. Meskipun ada ketegangan politik dengan Baghdad timur tapi tidak selalu terjadi konfrontasi militer. Banyak para sarjana Islam dari wilayah Barat menimpa ilmu di Timur dengan membawa bukum teori dan gagasan pengetahuan, begitu pula sebaliknya. Jadi meskipun umat islam terpecah secara politik tapi tetap dalam bingkai kesatuan budaya dunia Islam. Perpecahan politik pada periode Al Muluk Al Thawa’if tidak menyebabkan mundurnya ilmu pengetahuan dan peradaban, bahkan setiap penguasa di negeri-negeri kecil tersebut saling berkompetensi dalam ilmu pengetahuan terutama usaha untuk menyaingi Cordova.
Sedang aspek kehancuran Andalusia dari berbagai literature menurut penulis disebarkan karena adanya konflik dengan Kristen. Islami yang terjadi kurang sempurna. Kerajaan – kerajaan Kristen taklukan asal tidak melakukan perlawanan militer dibiarkan mempertahankan hukum dan adat mereka, yang pada gilirannya akan menciptakan kubu komunitas berbeda antara Arab Islam dengan Andalusia Kristen yang memicu adanya nasionalisasi. Pada periode kemunduran Islam, kerajaan-kerajaan Kristen ini akhirnya dapat menghimpun kekuatan untuk mengenyahkan Islam dari Andalusia tertama karena kondisi Andalusia yang yang terpencil secara militer, sehingga sulit mendapat bantuan militer kecuali hanya dari Afrika Utara.
Faktor krusial lainnya didalam intern umat Islam telah terdapat perpecahan. Terutama masalah yang berkaitan dengan etnis dan sosial. Sering dijumpai konflik antara komunitas Arab Utara dan Arab Selatan, antara Barbar dengan arab Selatan, antara Barbar dengan Arab serta problem naturalisasi bagi para mukallaf, yang masih dipandang sebelah mata, terutama dengan pemberian term ibad dan muwalladun yang bertedetensi merendahkan. Yang paling fatal lagi adalah tidak adanya mekanisme yang jelas dalam suksesi kepemimpinan. Sehingga sering menimbulkan gejolak politik yang melemahkan Negara.
Dari aspek pengaruh peradaban Andalusia terhadap kebangkitan Eropa (renaissance) adalah dipicu dengan banyaknya kaum terpelajar Eropa yang belajar di pusat-pusat studi di Andalusia sehingga menyerap berbagai gagasan dan pola pemikiran berbagai tokoh pengetahuan seperti Ibnu Rusyd serta berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa melalui terjemahan Arab yang dipelajari, yang kemudian di konversi ke bahasa latin. Yang pada akhirnya mempercepat terjadinya proses reformasi, rasionalisasi hingga pada fase pencerahan di Eropa.

KONSEP DASAR DAN SISTEM PENDIDIKAN


A.           Konsep Dasar dan Pemahaman Tujuan Pendidikan
Kata pendidikan, bimbingan, pengajaran, belajar, pembelajaran, bimbingan dan pelatihan sebagai istilah-istilah teknis yang kegiatan-kegiatannya lebur dalam aktivitas pendidikan. Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya yang secara sadar  dirancang untuk membantu seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, pandangan hidup, sikap hidup dan ketrampilan hidup baik yang bersifat manual individual dan social. Istilah “education” dalam bahasa inggris yang berasal dari bahasa latin “educere” yang berarti memasukkan sesuatu. Pendidikan sebagai fenomena adalah peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup, sikap hidup, atau ketrampilan hidup pada salah satu atau beberapa pihak.
Pendidikan dalam pandangan individu adalah menggarap kekayaan atau potensi yang terdapat pada setiap individu agar berguna bagi individu itu sendiri dan dapat dipersembahkan kepada masyarakat. Dilihat dari sudut pandang masyarakat, pendidikan itu sekaligus sebagai pewarisan kebudayaan sekaligus pengembangan potensi-potensi. Menurut Langgulung (1988:4) memasukkan sesuatu itu melalui proses pendidikan dimaksudkan adalah memasukkan ilmu pengetahuan ke kepala seseorang. Dalam proses memasukkan tampak tiga hal yang terlibat yaitu:
1)        Ilmu pengetahuan itu sendiri,
2)        Proses memasukkan ilmu pengetahuan,
3)        Kepala atau diri sesorang.
Karena itu pendidikan  mempunyai asas-asas sebagai tempat ia tegak dalam materi, interaksi, inovasi, dan cita-citanya.
Para professional akan berhasil menelaah spesialisasinya yang memerlukan asas-asas untuk mempermahir profesi, menambah pengetahuan, memperkaya pengalaman, dan mengembangkan ketrampilan. Berkenaan dengan asas-asas yang dimaksudkan menurut langgulung (1988:6) asas pendidikan yang diuraikan dalam enam asas yaitu:
1.         Asas historis dengan mempersiapkan pendidik melalui hasil pengalaman masa lalu, dengan undang-undang dan berbagai peraturannya, batas-batas, dan kekurangan-kekurangannya.
2.         Asas-asas social yang memberinya kerangka budaya dari mana budaya itu bertolak dan bergerak, memindah budaya, memilih, dan mengembangkannya.
3.         Asas-asas ekonomi yang memberinya perspektif tentang potensi-potensi manusia dan keuangan, materi dan persiapan yang mengatur sumber-sumbernya dan bertanggung jawab terhadap anggaran belanjanya.
4.         Asas-asas politik dan administrasi yang memberinya bingkai idiologi darimana ia bertolak untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dan rencana yang telah dibuat.
5.         Asas-asas psikologis yang memberinya informasi tentang watak pelajar-pelajar, guru-guru, cara-cara terbaik dalam praktek, pencapaian, penilaian, pengukuran dan bimbingan.
6.         Asas-asas filsafat yaitu berusaha member kemampuan memilih yang lebih baik, member arah suatu system, mengontrolnya dan member arah kepada asas-asas yang lain.
Interaksi antara asas-asas ini dalam proses pembelajaran menghendaki beberapa keterangan yaitu:
(1) setiap asas itu bukanlah sebuah ilmu atau mata pelajaran, tetapi sejumlah ilmu dan cabang-cabangnya,
(2) asas-asas ini member pendidikan itu sebagai system-sistem, organisasi-organosasi, inovasi dan pembaharuan,
(3) asas-asas ini semuanya sukar memainkan peranannya tanpa sasa filsafat yang mengarahkan gerak dan mengatur langkahnya, karena filsafat bertugas meneliti, memilih dan menguji pendidikan yang umum dapat diterima oleh masyarakat luas.
 Kompleksitas urusan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan dan pada tingkat birokrasi pada pemerintah pusat dan daerah sebagai pihak yang memberi pelayanan satuan pendidikan menjadi bagian dari kajian ilmu administrasi. Sedangkan aspek penyampaian materi, kurikulum, bahan ajar, perencanaan pengajaran, kegiatan belajar dan mengajar, pendekatan pembelajaran, evaluasi kemajuan pembelajaran, dan yang berkaitan dengan pembelajaran adalah menjadi bagian dari ilmu pendidikan sebagai terapan dari psikologi, sosiologi, antropologi, ilmu komunikasi dan filsafat.
1.                  Konsep Dasar Pendidikan
Semakin baik pendidikan suatu bangsa, semakin baik pula kualitas bangsa itu, itulah asumsi secara umum terhadap program pendidikan suatu bangsa. Secara factual pendidikan menggambarkan aktivitas sekelompok orang seperti guru dan tenaga kependidikan lainnya melaksanakan pendidikan untuk orang-orang muda bekerja sama dengan orang-orang yang berkepentingan. Kemudian secara preskriptif yaitu memberi petunjuk bahwa pendidikan adalah muatan, arahan, pilihan yang ditetapkan sebagai wahana pengembangan masa depan anak didik yang tidak terlepas dari keharusan control manusia sebagai pendidik. Menurut pandangan Piaget (1896) pendidikan didefinisikan sebagai peghubung dua sisi, disatu sisi individu yang sedang tumbuh berkembang, dan disisi lain nilai social, intelektual, dan moral yang menjadi tanggung jawab pendidik untuk mendorong individu tersebut.
Secara prinsip pernyataan filosofis harus memberi identitas pada pendidikan yang berbeda dengan yang lain bersifat “cross culture”  artinya bahwa kita melihat pendidikan itu dengan konsep yang lebih luas dan lintas cultural yang memandang manusia sebagai bagian dari masyarakat social yang secara akumulatif mempengaruhi proses pendidikan.
Hirst mengatakan bahwa sifat pelaksanaan dari teori pendidikan adalah teori dan barang kali bukan bagian dari pelaksanaan pendidikan. Sebab pendidikan mampu mengarahkan pelasanaan sekaligus memiliki nilai penghargaan dan itu merupakan kebenaran yang universal. Jadi teori universal yang dihasilkan adalah universal dan mampu menggiring pelaksanaan pendidikan kemana-mana, ini tidak terkait dalam konteks pendidikan tradisional melainkan didesain untuk pengajaran konteks tradisional.
John Dewey (1958) berpendapat bahwa pendidikan adalah proses yang tanpa akhir (Education is the process without end), dan pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir (daya intelektual) maupun daya emosional (perasaan) yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada semuanya. Karena Dewey berpaham behaviorisme, dimana pengaruh pendidikan dipandang dapat membentuk manusia menjadi apa saja yang diinginkan oleh pendidik maka istilah pembentukan merupakan ciri khas yang menunjukan kekuasaan pendidik terhadap anak didik. Konsep pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa kepada yang belum dewasa melalui pengajaran, bimbingan dan latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang. Sedangkan criterianya adalah ukuran yang menjadi dasar penilaian atau penetapan sesuatu yang equity, equality, adequacy, dan feasibility. Indicator maupun variable yang mempengaruhi pendidikan adalah politik, ekonomi, budaya, masyarakat atau keluarga, geografis dan kependudukan, dan produktifitas pendidikan. Dimana produktifitas adalah perbandingan dari hasil pendidikan yang nyata dengan tujuan pendudukan yang seharusnya. Pendidikan mempunyai arti yang lebih luas dari pengajaran, karena sasaran pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektualitas saja, akan tetapi lebih ditekankan pada proses pembinaan kepribadian anak didik secara menyeluruh. Pada dasarnya Mengajar adalah membantu seseorang untuk mempelajari sesuatu dan apa yang dibutuhkan dalam belajar itu tidak ada kontribusinya terhadap pendidikan orang yang belajar.
Dengan demikian pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang. Hal ini sejalan dengan pengertian pendidikan menurut UUSPN No.20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang dimiliki dirinya, masyarakat bangsa dan Negara. Aspek administrasi dan ilmu pendidikan menjadi bagian yang terintegrasi dalam pengelolaan pendidikan secara institusional maupun secara substansi dalam bentuk aktivitas pembelajaran.
2.                  Pemahaman Akan Tujuan Pendidikan
Dalam perspektif organisasi tujuan adalah adanya kesepakatan umum mengenai misi dan merupakan misi dan merupakan sumber legitimasi yang membenarkan setiap kegiatan organisasi, serta eksistensi organisasi itu sendiri. Selain itu, tujuan berfungsi sebagai patokan yang dapat digunakan anggota organisasi maupun kalangan luar untuk menilai keberhasilan organisasi, misalnya mengenai efektivitas maupun efesiensi. Tujuan organisasi juga berfungsi sebagai tolok ukur bagi para ilmuan bidang organisasi guna mengetahui seberapa jauh suatu orgnisasi berjalan secara baik. Dalam perspektif ini tampak bahwa tujuan adalah sasaran akhir yang ingin dicapai atau hasil akhir yang menjadi arah suatu manajemen dalam suatu system administrasi. Untuk mengukur apakah tujuan itu sudah tercapai atau tidak, maka perlu diperiksa apakah target dan sasaran dari setiapkegiatan telah terpenuhi, jika terpenuhi dengan proses yang benar, maka tujuan tercapai.
Sedangkan tujuan menurut John Dewey (1958:3) adalah proses pendidikan itu sendiri. Tidak ada tujuan diluar proses pendidikan itu sendiri yang memberi makna bahwa pendidikan itu adalah sepanjang hayat.  Proses pendidikan itu dalam pendidikan formal adalah proses pembelajaran, karena itu semua kebijakan baik yang menyangkut penentuan anggaran maupun pembinaan personel diarahkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Tujuan ini akan dapat dicapai melalui institusi, karena itu tujuan institusional adalah tujuan yang diharapkan dicapai oleh oleh lembaga pendidikan khususnya satuan pendidikan yang menjadi bagian dari tujuaan pendidikan yang ditetapkan oleh pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/ kota. Tujuan institusional sebagai tujuan antara untuk mencapai tujuan umum dan seterusnya mencapai visi dan misi pendidikan. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, brtujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjai manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cerdas, beilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab(Pasal 3 UUSPN No. 20 tahun 2003).Pemahaman akan tujuan pendidikan bagi para pemimpin pendidikan secara luas adalah untuk menangkal jangan sampai terjebak terhadap hal-hal yang merugikan pendidikan dan bangsa. Tujuan yang sifatnya masih umum menurut Arikunto (1990) harus menjiwai, semua gerak kegiatan pendidikan yang harus dicermati, walaupun tindakan-tindakan khusus harus dilakukan berdasarkan atas jabaran dari tujuan umum tersebut untuk mencapainya harus dirumuskan dalam bentuk tujuan yang lebih khusus. Arikunto selanjutnya menegaskan bahwa riap jenjang pendidikan mempunyai tujuan masing-masing yang sesuai  jenisnya merujuk ketujuan pendidikan nasional, disebut tujuan institusional. Tujuan institusional adalah yang dirumuskan dan hendak dicapai oleh suatu lembaga pendidikan. Tujuan institusional bersifat khusus dangan apa yang akan dihasilkan oleh institusi atau lembaga tersebut. Agar tujuan institusional dapat tercapai maka dijabarkan dalam bentuk tujuan kurikuler, dan tujuan instruksional.
Tujuan kurikuler adalah tujuan pendidikan yang akan dicapai melalui bidang studi tertentu, dan tujuan intruksional adalah tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan pengajaran (Arikunto, 1990:16). Sedangkan tujuan institusional adalah tujuan sekolah yang dicapai melalui kegiatan sekolah dan kegiatan pembelajaran mengacu pada kurikulum yang telah distandarisasi oleh pemerintah dan dielaborasi oleh guru menjadi bahan ajar. Semua kegiatan ini diurus melalui system administrasi pendidikan yang bersifat dinamis. Kemampuan melakukan pendekatan secara holistic akan tujuan pendidikan adalah upaya guru dan pemimpin pendidikan mengendalikan manajerial pendidikan. Pandangan I ni memberi penjelasan bahwa pendidikan harus berlaku universal dan diarahkan untuk menyadarkan manusia bahwa diri mereka sedang melaksanakan tugas mulia yaitu menyampaikan ilmu pengetahuan dengan cara-cara yang educative dan mencapai tujuan yang terukur dan perolehan hasil belajar yang bermutu.  Jadi, pada intinya tujuan institusinal dan juga tujuan pembelajaran adalah sasaran akhir yang ingin dicapai atau hasil akhir yang menjadi arah suatu kegiatan manajemen dalam konteks institusi dan tujuan pembelajaran dalam konteks profesi kependidikan. Tujuan ini akan dapat terukur jika pnetapan target dalam perencanaan ditentukan dengan cermat dan menggunakan sumber daya maupun potensi yang ada dengan memperhitungkan efektivitas dan efisiensi  dalam suatu system administrasi.
B.            System dan Proses Pendidikan
1.             System Pendidikan
Istilah system menurut Shrode dan Voich (1974:115) berasal dari bahasa yunani yakni “systema”, sedang systema mempunyai arti “suatu keseluruhan yang terdiri dari sejumlah bagian-bagian”. Pengertian system dalam dunia keilmuan, lama kelamaan dipahami menjadi beraneka ragam, hal ini disebabkan adanya perbedaan selera, pengungkapan, disiplin ilmu, dan maksud penggunaan. Fitz Gerald (1981:5) mendefinisikan system adalah sebagai tata cara kerja yang saling berkaitan, yang bekeja sama membentuk suatu aktivitas atau mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan Banghart dan Trull (1973:106) mengemukakan system adalah sekelompok elemen-elemen yang saling berkaitan yang secara bersama-sama diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Kemudian Murdick dan Roos (1982:9) system adalah seperangkat unsur yang melakukan sesuatu kegiatan atau membuat skema dalam rangka mencapai tujuan dengan mengolah data dan atau energy dan atau barang dalam jangka waktu tertentu guna menghasilkan informasi, energy, dan hal benda. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa  system adalah keseluruhan himpinan bagian-bagian yang satu sama lain berinteraksi dan bersama-samaa melakukan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan dalam suatu organisasi.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa system pendidikan adalah suatu keseluruhan yang terbentuk dari bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional dalam mengubah masukan menjadi hasil yang diharapkan. Sedangkan pendekatan system adalah cara-cara berfikir dan bekerja yang menggunakan konsep-konsep teori system yang relevan dalam memecahkan masalah. Sistem pendidikan nasional adalah satu ksuluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Berkaitan dengan system pendidikan nasional tersebut menurut UUSPN No.20 Tahun 2003 satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, non formal, dan informal. Keseluruhan adalah hal yang utama, sedangkan bagian-bagian seperti jenjang dan jenis pendidikan membentuk sebuah keseluruhan yang tak dapat dipisahkan.Dengan demikian pendidikan adalah suatu keseluruhan usaha mentransformasikan ilmu, pengetahuan, ide, gagasan, norma, hukum, dan nilai-nilai kepada orang lain dengan cara tertentu, baik struktur formal, serta informal, dan non formal dalam suatu system pendidikan nasional.
Dalam buku “Republika” oleh “Plato” (427-327 BC) zaman peradaban yunani pendidikan dikonsepsikan sebagai proses penyiapan tiga tipe manusia sebagai warga pendukung terwujudnya Negara ideal, tipe manusia itu adalah: (1) pemikir, sebagai pengatur Negara, (2) kesatria, sebagai pengaman Negara, (3) pengusaha, sebagai penjamin kemakmuran dan kesejahteraan Negara dengan segenap warganya. Pada saat itu anak yang berusia 10 tahun diasramakan dan pendidikan diselenggarakan oleh Negara. Seluruh peserta didik harus mengikuti pendidikan di Gymnasium hingga berusia 20 tahun yang diakhiri dengan general examination. Mereka yang lulus terbaik disiapkan untuk menjadi ksatria dan pengusaha, sisitem pendidikan tersebut oleh Butts (1955) dan Wil-Duran (1957) dinamai system pendidikan yang cenderung bersifat demokratis.  Zaman peradaban romawi dalam buku “De Oratero” oleh Cicero (106-43 BC) dan “Institutes” oleh Quintilian (abad 1 AD) pendidikan diidentifikasikan sebagai proses penyiapan manusia terbaik secara orator, ialah para pemimpin Negara dan masyarakat.
Proses pendidikan berlangsung sepanjang hayat, arah pendidikan anak harus diorientasikan kemasa depan yang berlainan dari zaman yang dialami oleh orang tuanya. Hal ini parallel dengan apa yang ditegakkan oleh nabi Muhammad SAW. Dan para sahabat nabi yang mengungkapkan “didiklah anak kalian sesuai dengan perkembangan zaman, sebab mereka dilahirkan untuk suatu zaman yang berbeda dari zaman yang kalian alami”. Pendidikan adalah karya bersama yang berlangsung dalam suatu pola kehidupan insani tertentu. Menurut Katz dan Kakn, system social merupakan sebuah kesatuan peristiwa atau kejadian yang dilakukan oleh seklompok oranguntuk mencapai hasil yang diharapkan. Selanjutnya dijelaskan bahwa cirri-ciri system terbuka yaitu:
a.         Mengambil energy (masukkan) dari lingkungan
b.         Mentranformasikan energy yang tersedia
c.         Memberikan hasil kepada lingkungan
d.        System merupakan rangkaian peristiwa atau kejadian yang terus berlangsung
e.         Untuk hidup terus, system harus bergerak melawan proses entropi/ kehancuran
f.          Masukkan system tidak hanya hal-hal yang bersifat material, tetapi juga berupa informasi yang pengambilannya bersifat selektif dan balikannya berupa balikan negative.
2.                  Proses Pendidikan dalam Sistem Administrasi Pendidikan
Proses adalah sembarang perubahan dalam suatu objek atau organisme, khususnya suatu perubahan tingkah laku atau perubahan psikologis (Chaplin, 1989). Proses pendidikan berdampak pada kualitas yang diperoleh, dimana kualitas tersebut sulit diukur sebagaiman Gaffar (1987) mengatakan bahwa kualitas pendidikan amat sulit diberi batasan, karena kualitas adalah derajat mutu atas dasar standar tertentu. Jika ditinjau dari psikologi social proses pendidikan menunjukkan bahwa pendidik berfungsi sebagai komunikator dan anak didik sebagai komunikan yang menerima pesan-pesan (massage) dari komunikator. Disamping itu juga pendidik berfungsi sebagai innovator (pembaharu) sedang anak didik sebagai sasaran ide pembaharuan. Fungsi lainnya dalam proses pendidikan adalah pendidik sebagai emancipator yang memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada anak didik untuk mengembangkan bakat, minat dan perhatiannya dalam proses belajar mengajar, sehingga ia mampu melakukan penjelajahan terhadap lingkungan sekitar.
3.                  Isu-isu Administrasi Pendidikan
Pertanyaan tentang apa yang dimaksud dengan administrasi pendidikan hubungannya dengan ilmu pengetahuan  maupun dengan penyelenggaraan pendidikan, pertanyaan ini tentu tidaklah mudah untuk menjawabnya. Karena masih ada suatu keraguan dikalangan para pengambil kebijakan pendidikan maupun profesi pendidikan bahwa suatu teori yang komprehensif mengenai administrasi pendidikan apakah akan dapat dicapai. Keragu-raguan yang demikian ini dapat dimaklumi karena berbagai alasan antara lain: (1) melihat administrasi pendidikan semata-mata sebagai tugas pekerjaan yang bersifat teknis; (2) melihat administrasi pendidikan sebagai proses, pengambilan keputusan, penatausahaan,dan sebagainya yang dilakukan oleh para birokrat; (3) melihat administrasi pndidikan sbagai ilmu pengetahuan yang belum kokoh.
Administrasi pendidikan tersebut memberi gambaran  bahwa cakupan bidang garapan administrasi pendidikan ternyata demikian luasnya. Isu-isu dan problematika administrasi pendidikan tersebut memberi penjelasan bahwa administrasi pendidikan tidak hanya sekedar administrasi pendidikan sekolah atau administrasi pembelajaran belaka, pandangan yang demikian ini adalah suatu pandangan yang sempit. Administrasi pendidikan lebih luas dari itu, meskipun muara semua kebijakannya adalah sekolah atau satuan pendidikan pada senua jenjang dan jenis. Jadi administrasi pendidikan ada pada tataran pengambil kebijakan yaitu pemerintah yang berkaitan dengan anggaran pendidikan, standar kurikulum, standar ketenagaan, akreditasi sekolah, dan pelayanan kebutuhan sekolah sebagai pendidikan formal maupun pendidikan non formal yaitu pendidikan luar sekolah serta pendidikan kedinasan.
Namun upaya untuk mengerti dimensi dan substansinya dapat didekati dengan memahami dan mengerti tugas dan fungsi yang ada didalamnya yaitu:
1)      Administrasi pendidikan sebagai koordinasi kegiatan dalam organisasi telah dipraktekan dalam memperoleh posisi penting dalam bidang pemerintahan sebelum diterapkan dalam bidang perusahaan dan pendidikan;
2)      Administrasi pendidikan bukan untuk dirinya sendiri, melainkan alat untuk mencapai tujuan organisasi dan ditujukan agar organisasi itu terhindar dari pemborosan financial, material, tenaga, dan waktu;
3)      Administrasi pendidikan mempengaruhi orang untuk mengambil keputusan atau bertindak yang dilaksanakan oleh orang-orang untuk mencapai tujuan organisasi sehingga administrasi pendidikan dapat dikatakan sebagai alat untuk mewujudkan kerja sama yang efektif agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efektif dan efisien;
4)      Administrasi pendidikan melibatkan banyak orang, tidak hanya menyangkut angka dan benda, sebab administrasi pendidikan bertugas memutuska, merencanakan, mengkoordinasikan, mengarahkan, dan mengawasi kegiatan yangdilakukan orang-orang yang terlibat.